Jumat, 22 Januari 2010


4 Januari 2010 , awal mula momok menyeramkan itu dtg.
Gejalanya pusing yg teramat sangat pd bagian kepala sblh kanan, dkt pelipis.
"Seakan mw pecah", katanya.
Aku membantunya mengelus2 bagian yg sakid dgn sdkt minyak angin, "Ya, disitu. Sakit sekali."
Tak lama, Beliau tertidur Lelap hingga Pagi.
Senin, Selasa, pusing itu tak kunjung hilang. Hingga Rabu pagi - 06.01.10, Mama berniat memeriksakan keadaannya ke RSUD - tmpt biasa Mama kontrol tiap bulan - dgn jasa angkutan Umum.
Setidaknya membutuhkan wkt selama 5jam dr awal pemeriksaan hingga menunggu hsl lab di Poli DM .
Ya, Mama terserang penyakit Diabetes sejak tahun 2003, saat pemeriksaan wajib sblm brgkt Haji.
Tak ayal, hingga detik itu Mama berkutat dgn berbagai macam obat.
Darah Tinggi dan Kolesterol kombinasinya.
Dan Kamis pagi, sprt biasa, Mama pamit pergi ke kantor.
Tp sblmnya, ku lihat Mama begitu kesulitan memakai krudung, hingga hrs membangunkanku.
Sblm aku benar2 bangun dan menghampiri beliau, terpikir dibenakku ... 'Knp Mama ini? Knp terlihat sgt kebingungan?' ...
Pelan2, aku bangun dr kasur dan membantunya.
Dlm hitungan detik, selesai.
Mereka -Papa dan Mama - segera pergi ke kantor.
Aku kembali merebah di atas kasur.
Beberapa menit kemudian, aku sangat ingin meraih HP dan lngsng SMS Papa. Rasa ini teramat sangat.
Tp syg, HPku mati - lowbatt.
Bertindak cepat, aku memutuskan mengambil charger yg td mlm dipakai Papa di lantai 2 rmhku.
Baru saja aku akan menaiki ank tangga pertama, terdengar teriakan Papa dr luar rmh.
"Pin, cepet ganti baju. Ikt ke RS. Mama hrs opname ini."
Deggg .. Benarkah itu suara Papa? Benarkah kata Opname yg diteriakkan ? .. pikirku.
Dgn cpt aku mengganti baju tdrku.
Di perjalanan, terdengar suara lirih Mama yg semakin lama, semakin kurang Jelas. Bs di blg, cara bicaranya sprt si Upin.
Momok itu seakan menyergap Mama dgn cepatnya.
"Pin, jgn kabari Mas Oo, Ii, dan Mb Sari. Nanti saja."
"Ya.", jwbku sambil menahan tangis.
"Sampai mana tadi, Pa? kok balik ke rumah?", tanyaku.
"Ke Pak Bekti dulu tadi dan langsung dibuatkan surat pengantar."
"OOooooo"
Turun dr m0bil , perlahan dgn langkah kecil , aku menggandeng tangannya.
Dalam keadaan ini, Mama masih bs berjalan walau pelan.
Daftar, menunjukan surat rujukan dsb, Mama segera ditangani.
Kebetulan skali, ad org 1 perumahan yg kerja disitu.
Alhamdulillah, semua lancar dan cepat.
Kamarpun di dapat.
Tapi , giliran dokter sarafnya datang dan memeriksa, aku tercengang ..
"Bu, angkat kakinya."
"Berlrat." jwb Mama sambil memegang kaki kirinya.
"Coba Bu lagi.", bujuk Sang d0kter.
Mama menggeleng.
Kaki Kirinya sudah tak bs diangkat, pdhl sblm sampai di Ruangan ini, kakinya tampak kuat dan sesekali menopang badan untuk bergerak ke kiri dan kanan.
Cepat sekali reaksi penyakit ini.
Hingga malam aku menjaga Mama, selagi menunggu Papa datang.
Papa pulang dari sore, menyiapkan keperluan Mama.
Aku ditemani Kidung, pacarku.
Sekitar jam 9 malam, Papa datang.
Barulah Aku dan Kidung pulang.
Tadinya aku berkhayal akan segera tidur sesampainya di rumah.
Ternyata tak semudah itu .
Aku terus memikirkan Mama , kira2 sampai jam 2 pagi.
Capek? Ya! , tapi aku harus kuat. Jiwa dan Raga.
Ku atur sedemikian rupa agar badanku tetap Fit.
Diet? No! , Aku menghentikan program diet ketatku.
Aku tak ingin tumbang di saat2 seperti ini.
Aku tak ingin turut sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar