Jumat, 22 Januari 2010

Hari ke 4, 5, dan 6 tangan Mama mulai kaku.
Tak bisa diangkat, sedikitpun.
Tapi tidak pada sisi kaki, kakinya masih kuat digerakkan walau masih terasa berat.

di Hari ke 6, Kid membuat Mama tertawa.
Gara2nya isolasi pengatup tutup biskuit ku lilitkan sekitar pipi, hidung, dan rambutnya.
spontan Mama tertawa, sedikit terpingkal.
senang rasanya melihat situasi ini.

Hari ke-7 , Rabu 12 Januari 2010
Aku berusaha datang pagi2, tapi si Gendut Kid bangun kesiangan.
Jam10 baru siap berangkat.
Seperti biasa, sesampainya aku di ruangan Mama di rawat.
Kita - Aku dan Papa - berganti shift.
Papa siap2 pergi ke kantor.
seperti hari2 sebelumnya, baca koran jadi kegiatan utama.
sambil denger siaran radio informasi lalu lintas dan sedikit bergurau dengan Kid.
Tiba-tiba penyakit lapar melanda, perih, sudah tak bisa diajak kompromi.
Langsung tancap gas ke kantin, tak jauh dari ruang rawat inap Mama.
Setelah makan, bukan hal yang aneh kalau kami berdua di serang rasa kantuk.
Lumayan berat, apalagi angin sepoi2 yang berhembus dari jendela di saat cuaca agak mendung.
Lengkap sudah. Terlelaplah kita diatas lantai tanpa alas.
Sesekali aku dan Kid bergantian bangun. Melihat kondisi Mama.
Atau sesekali bangun untuk membantu Mama, entah mau buang air kecil atau minum.
Sekitar jam 2 siang, dokter specialis saraf memeriksa Mama.
Di periksa tangan dan kaki. Semuanya baik. Kaki sudah mulai lincah.
Dan tangan yang sedikit mulai bergerak
Walau sedikit, itu sudah menunjukan perkembangan yang baik.
Sore pun tiba. Waktunya menyeka tubuh Mama agar lebih segar.
Memberinya bedak wangi bayi, deodoran, mengganti pempers-nya dan merapikan rambutnya yang mulai kusut.
"Sebentar Ma, jangan tidur dulu. Rambutnya disimpul dulu.", kataku.
Mama mengangguk.
Karena terlalu kusut beberapa helai terlepas. Aku menyapa Kid.
"Kid, Liat ini. Mirip pemain film Jepang ya??", kataku.
"Heheheee. iyaa.", sahutnya.
Mama tertawa seraya memukul lenganku dengan tangan lemasnya.
Sedikit terlupa. Mama sengaja memakai pempers dewasa untuk mempermudah kalau buang air kecil.
Kalau-kalau kau tertidur atau sedang menebus obat, Mama bisa langsung buang air disitu.
Alhamdulillah, Mama udah sering tertawa sekarang.
Hari kedua.
Jam9 aku baru sampai di RS.
Tak sesuai yg di inginkan Papa.
Papa mengutusku datang jam6 pagi, tp sangat tdk mgkn.
Terlalu pagi untukku mengingat semalaman aku susah tdr.
Tak lama, Papa bergegas ke kantor.
Beliau berjanji, stlh pulang kantor lngsng ke RS Lagi sekitar jam5 sore.
Kondisi Mama di hari kedua sudah ada kemajuan, tangan dan kaki sblh kiri sudah mulai digerakan.
Kemajuan yg pesat. Alhamdulillah.

Hari ketiga.
Sabtu, 9 Januari 2010.
Aku kembali datang terlampau siang.
Bnyk saudara dan tetangga yg datang membawa bekal ini itu.
Bnyk sekali. Sampai memenuhi buffet bed sblh.
Ada kue, buah, dan makanan ringan.
Kira2 jam stgh12, Papa ijin sholat di masjid blkg.
Stlh itu Mama bertanya padaku, pertanyaan yg hampir tak prnh terpikir dlm benakku.
"Pin .. Klidung man naa?", katanya sependengaranku.
"Apa Ma? Krudung?"
"Khidung .. Khidung .. Mana? Gak kesini??", katanya. Kali lebih jelas. Aku jd ngerti apa mksdny.
"0oo .. Iya, nanti agak sore kesini kok.", jwbku.
Sekembalinya Papa dr Masjid, Papa bergegas pulang.
Mencuci sebagian pakaian yg sudah dipakai dalam 2hr ini.
Tak lama, Budhe Sri menjenguk beserta Pakdhe.
Cukup lama Budhe ad disini, hampir jam stgh 7 br mereka pulang.
Kid ikt menunggu sampai Papa datang.
Jam 8 malam, giliran Tante yg datang.
Sbntr mengobrol, tak lama Papa muncul jam stgh 9.
Penantian panjang tlah usai dan siap pulang.
Kehujanan. Mandi. Tidur.
Syukurlah hr ini lumayan nyenyak..

4 Januari 2010 , awal mula momok menyeramkan itu dtg.
Gejalanya pusing yg teramat sangat pd bagian kepala sblh kanan, dkt pelipis.
"Seakan mw pecah", katanya.
Aku membantunya mengelus2 bagian yg sakid dgn sdkt minyak angin, "Ya, disitu. Sakit sekali."
Tak lama, Beliau tertidur Lelap hingga Pagi.
Senin, Selasa, pusing itu tak kunjung hilang. Hingga Rabu pagi - 06.01.10, Mama berniat memeriksakan keadaannya ke RSUD - tmpt biasa Mama kontrol tiap bulan - dgn jasa angkutan Umum.
Setidaknya membutuhkan wkt selama 5jam dr awal pemeriksaan hingga menunggu hsl lab di Poli DM .
Ya, Mama terserang penyakit Diabetes sejak tahun 2003, saat pemeriksaan wajib sblm brgkt Haji.
Tak ayal, hingga detik itu Mama berkutat dgn berbagai macam obat.
Darah Tinggi dan Kolesterol kombinasinya.
Dan Kamis pagi, sprt biasa, Mama pamit pergi ke kantor.
Tp sblmnya, ku lihat Mama begitu kesulitan memakai krudung, hingga hrs membangunkanku.
Sblm aku benar2 bangun dan menghampiri beliau, terpikir dibenakku ... 'Knp Mama ini? Knp terlihat sgt kebingungan?' ...
Pelan2, aku bangun dr kasur dan membantunya.
Dlm hitungan detik, selesai.
Mereka -Papa dan Mama - segera pergi ke kantor.
Aku kembali merebah di atas kasur.
Beberapa menit kemudian, aku sangat ingin meraih HP dan lngsng SMS Papa. Rasa ini teramat sangat.
Tp syg, HPku mati - lowbatt.
Bertindak cepat, aku memutuskan mengambil charger yg td mlm dipakai Papa di lantai 2 rmhku.
Baru saja aku akan menaiki ank tangga pertama, terdengar teriakan Papa dr luar rmh.
"Pin, cepet ganti baju. Ikt ke RS. Mama hrs opname ini."
Deggg .. Benarkah itu suara Papa? Benarkah kata Opname yg diteriakkan ? .. pikirku.
Dgn cpt aku mengganti baju tdrku.
Di perjalanan, terdengar suara lirih Mama yg semakin lama, semakin kurang Jelas. Bs di blg, cara bicaranya sprt si Upin.
Momok itu seakan menyergap Mama dgn cepatnya.
"Pin, jgn kabari Mas Oo, Ii, dan Mb Sari. Nanti saja."
"Ya.", jwbku sambil menahan tangis.
"Sampai mana tadi, Pa? kok balik ke rumah?", tanyaku.
"Ke Pak Bekti dulu tadi dan langsung dibuatkan surat pengantar."
"OOooooo"
Turun dr m0bil , perlahan dgn langkah kecil , aku menggandeng tangannya.
Dalam keadaan ini, Mama masih bs berjalan walau pelan.
Daftar, menunjukan surat rujukan dsb, Mama segera ditangani.
Kebetulan skali, ad org 1 perumahan yg kerja disitu.
Alhamdulillah, semua lancar dan cepat.
Kamarpun di dapat.
Tapi , giliran dokter sarafnya datang dan memeriksa, aku tercengang ..
"Bu, angkat kakinya."
"Berlrat." jwb Mama sambil memegang kaki kirinya.
"Coba Bu lagi.", bujuk Sang d0kter.
Mama menggeleng.
Kaki Kirinya sudah tak bs diangkat, pdhl sblm sampai di Ruangan ini, kakinya tampak kuat dan sesekali menopang badan untuk bergerak ke kiri dan kanan.
Cepat sekali reaksi penyakit ini.
Hingga malam aku menjaga Mama, selagi menunggu Papa datang.
Papa pulang dari sore, menyiapkan keperluan Mama.
Aku ditemani Kidung, pacarku.
Sekitar jam 9 malam, Papa datang.
Barulah Aku dan Kidung pulang.
Tadinya aku berkhayal akan segera tidur sesampainya di rumah.
Ternyata tak semudah itu .
Aku terus memikirkan Mama , kira2 sampai jam 2 pagi.
Capek? Ya! , tapi aku harus kuat. Jiwa dan Raga.
Ku atur sedemikian rupa agar badanku tetap Fit.
Diet? No! , Aku menghentikan program diet ketatku.
Aku tak ingin tumbang di saat2 seperti ini.
Aku tak ingin turut sakit.